Minggu, 20 Desember 2009

Masa Kampanye, Titik Awal Pencegahan KKN Para Elite Penguasa

Korupsi Kolusi Nepotisme atau KKN merupakan permasalahan krusial yang hingga saat ini belum terpunahkan di tataran elit penguasa atau birokrat Indonesia. KKN adalah “the root of evil” pangkal dari semua masalah yang tengah melekat di tubuh birokrasi Indonesia. Salah satu bentuk KKN yang sulit dicegah dan dihindari adalah kolusi.
Kolusi mengarah pada hubungan yang saling menguntungkan antara elit dengan pihak-pihak di luar pemerintahan. Hubungan ini justru terbina dengan baik, daripada hubungan elit itu sendiri dengan rakyat biasa. Implikasinya adalah penyelewengan peran, yaitu pelaksanaan peran elit sebagai abdi rakyat justru menjadi lebih mengerucut dan memihak ke arah peran elit sebagai abdi “orang-orang besar”.
Penyelewengan peran marak dilakukan oleh para elit penguasa dengan “orang-orang besar” di luar pemerintahan dari pada harus berhubungan dengan rakyat biasa yang notabene tidak memiliki kekayaan materiil atau status sosial yang tinggi selayaknya “orang-orang besar dan kaya” tersebut. Fenomena ini diawali dari adanya hubungan khusus para elit penguasa dengan orang-orang besar di masa kampanye. Masa dimana calon-calon elit penguasa berupaya memperoleh dukungan materiil sebanyak-banyaknya dari para pengusaha besar untuk mendanai kegiatan promosi diri kepada khalayak publik.
Ketika elit itu terpilih dan memegang tampuk kekuasaan di negeri ini, praktis komitmen kuat hanya terfokus dan terbentuk kepada mereka orang-orang kaya yang telah memberi dukungan pada saat kampanye. Ibaratnya elit penguasa memberikan balas jasanya dengan senantiasa berpihak pada orang-orang kelas kakap itu. Lalu bagaimana dengan orang miskin? Yang hanya terbawa arus, diiming-imingi jutaan janji oleh elit penguasa pada saat masa kampanye. Ya, terlupakan begitu saja.
Sesungguhnya, elit penguasa perlu belajar banyak dari Obama. Karena pada saat masa kampanye presiden Amerika tersebut, penggalangan dana dilakukan kepada masyarakat kecil sekalipun. Penggalangan dana kampanye, tidak selalu harus dengan dana yang besar dan dari orang-orang besar. Seberapapun jumlah dana yang disumbangkan, dan dari kalangan ekonomi manapun. Setidaknya ini menjadi langkah awal bagi para calon elit penguasa untuk berkomitmen alias ‘balas jasa’ kepada seluruh masyarakat, tanpa terkecuali.

Sabtu, 05 September 2009

Cirebon dan Segala yang Ditawarkan


Suhu udara panas menyengat di kala siang tak terhindar bagi siapapun yang ada di kota Cirebon. Berbeda di malam harinya, suasana damai, nyaman dan wangi angin dapat kita rasakan. Kita bisa menelusuri jalan kota yang disiram oleh cahaya lampu kuning terang, lebih mantap apabila kita menunggangi becak. Kita juga dapat memanjakan mata dengan mengunjungi surga belanja yang ada di pusat kota. Sajian kuliner ringan hingga berat juga dapat dijumpai dengan mudahnya di kota ini. Makanan favorit yang tak pernah terlupakan adalah sega jamblang, empal gentong, serabi, docang, sega lengko… Untuk soal rasa, dijamin membuat siapapun ketagihan !!!. (Tak Sabar Untuk Segera Pulang)…

Kamis, 13 Agustus 2009

Tentang Kotaku, Kota Cirebon

Kota yang tidak segemerlap kota metropolitan seperti Jakarta, tidak sepadat kota pelajar seperti Jogjakarta namun juga tidak begitu terpelosok ataupun terbelakang. Cirebon adalah kota yang membuat saya nyaman dengan segala isi yang ditawarkan. Ya… kota udang ini terletak di pantai utara Pulau Jawa (pantura) berada di perbatasan Jawa Barat dan jawa tengah. Kota tempat saya dibesarkan ini memang terbilang unik, karena letaknya di perbatasan, Cirebon menjadi wadah perpaduan dua kultur, yaitu jawa dan sunda. Salah satu imbasnya masyarakat kota Cirebon memiliki dua bahasa daerah, umumnya memang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sedangkan bahasa sunda lebih banyak dipakai oleh masyarakat yang tinggal di sebelah selatan kota. Berikut hasil penelusuran lebih jauh tentang CIREBON.
Histori
Berdasarkan kitab Purwaka Caruban Nagari nama Cirebon berasal dari kata sarumban yang lalu diucapkan menjadi caruban. Kemudian caruban menjadi carbon, cerbon dan akhirnya Cirebon. Sarumban sendiri berarti ‘campuran’.
‘Campuran’ dapat dikaitkan dengan keadaan Cirebon yang dihuni oleh berbagai suku dan budaya. Purwaka Caruban Nagari juga menyebutkan bahwa penduduk setempat menyebut Cirebon sebagai Negeri Gede. Sampai kini orang-orang di Cirebon masih ada yang menyebut Cirebon dengan Garage. Ucapan ini berasal dari negeri gede.
Kata Cirebon sendiri dapat ditelusuri lewat bahasanya yaitu Ci dan Rebon. Ci dalam bahasa Sunda berarti air, sedangkan rebon dalam bahasa Jawa berarti udang kecil bahan pembuat terasi.
Nama Cirebon sejak awal abad ke-16 mulai dikenal di dunia internasional. Tome Pires, musafir Portugis yang datang ke Nusantara pada awal abad ke-16 mencatat bahwa Cerbon pada saat ia singgahi merupakan kota pelabuhan yang ramai (Cortesao 1944:179). Nama Curban juga telah ada pada peta dunia yang ditulis oleh Diego Ribeiro pada tahun 1529 (Tiele 1883:2). (www.buntet pesantren.com).

Rabu, 12 Agustus 2009

Dialah sang Sutradara Hidup

Campur aduk rasa di dalam hati dan segenap pikiran di otak ini…
Salut pada pencipta…
Sedikit merasakan ketidak adilan hidup…
Rasa ibaa dan benci akan kehilangan…
Walaupun aku kini bukan lakon utamanya…
Atau lakon kedua bahkan lakon ketiga…
Aku hanya penonton…
Yang cengang, heran dan ingin menangis atas perihnya rasa yang kulihat di panggung realita…
Tuhan lah sutradaranya…
Dia ciptakan kehilangan di tengah kebahagiaan dan kebersamaan…
Dia ciptakan keadilan di tengah kasih sayangNya…
Dia ciptakan gelisah bagi hambanya…
Sedangkan yang terasa hanya sedih, pedih, ingin teriak, dan iba…
Dia punya rahasia dibaliknya…
Yang tak kita ketahui sedikitpun…
Hari ini indah besok mungkin sebaliknya…
Hari ini bersama besok mungkin sebaliknya…
Aku hanya bersyukur,,,
Aku hanya merenungi hidup yang cukup layak untuk tetap terus ku perjuangkan…
Bahagialah mereka yang pernah merasakan pedihnya ujian Sang Sutradara Hidup..
Berterima kasihlah mereka yang pernah merasakan kehilangan, sendiri dan sedikit merasa tidak adil..

Selasa, 11 Agustus 2009

Senin, 29 Juni 2009

Seputar Privatisasi

Privatisasi hingga saat ini masih menjadi hal yang kontradiksi, berbagai lapisan masyarakat dalam suatu negara memiliki berbagai asumsi yang berbeda terhadap penerapan privatisasi tersebut beserta dengan implikasinya.

Privatisasi akan memberikan solusi terhadap suatu perusahaan yang semula milik negara menjadi perusahaan swasta yang mampu menminimalisir biaya-biaya unit, peningkatan keahlian, mempermudah pengaksesan ke pelayanan khusus, sebagai sarana untuk meningkatkan output dan kualitas output. Privatisasi akan menjadi hal yang sangat baik apabila suatu negara yang menjalankan kebijakan privatisasi tersebut mampu memperhatikan dan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
  • Memecahkan monopoli pihak swasta yang telah memprivatisasikan perusahaan-perusahaan negara, dengan demikian perusahaan yang telah diprivatisasikan menjadi perusahaan yang tidak dikelola atau di monopoli oleh satu pihak perusahaan namun terpecah menjadi perusahaan-perusahaan privatisasi yang dimiliki banyak pihak yang kemudian akan merangsang suatu persaingan sehat antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang memproduksi suatu jenis barang atau jasa yang sama pula. Contohnya perusahaan semen yang kemudian terbagi-bagi menjadi perusahaan semen dengan berbagai merk yaitu Holcim, Gresik, dll
  • Pemerintahnya memiliki dan menerapkan kerangka aturan yang jelas, dengan kata lain dapat menghindari terjadinya suatu penyalahgunaan kebijakan privatisasi itu sendiri kemudian menghindari suatu eksploitasi yang berlebihan tanpa memperhatikan segala aspek kehidupan masyarakat suatu negara.
  • Menggalakan investor lokal atau domestik, privatisasi bukan bermakna asing-isasi. Dengan adanya privatisasi suatu negara harus mampu menggalakan masyarakatnya untuk ikut berperan serta dalam kehidupan perekonomian negaranya itu. Contohnya negara Inggris yang menerapkan privatisasinya melalui pasar modal yang sudah dewasa dan kekuatan pembeli domestik yang memadai sehingga pembeli saham mayoritas adalah domestic investor. Penggalakan domestic investor akan menjadikan kebijakan privatisasi di negara Indonesia menjadi suatu kebijakan perekonomian yang sesuai dengan koridor prinsip demokratisasi ekonomi Indonesia yang mengutamakan kesejahteraan rakyat. Dikarenakan juga rakyat dapat memiliki kepemilikan perusahaan yang sebelumnya dimiliki oleh negara.
  • Perusahaan yang telah diprivatisasi tersebut mampu memisahkan tujuan perusahaan antara tujuan pelayanan publik dengan tujuan komersil atau meraih keuntungan perusahaan.

    Dengan demikian diharapkan penerapan privatisasi sebagai kebijakan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Namun, hal yang paling utama yang wajib diperhatikan oleh pemerintah suatu negara yang menerapkan kebijakan privatisasi yaitu harus mampu mengkontekstualkan aspek-aspek apa saja yang dapat diprivatisasi dan yang harus dipegang oleh pemerintah. Aspek kesehatan, pendidikan, perumahan rakyat dan pelayanan sosial lainnya seperti Perthanan dan keamanan harus menjadi pegangan pemerintah demi pelaksanaan kepentingan pelayanan publik. Agar dapat dijangkau oleh masyarakat khususnya masyarakat yang tidak mampu. Dan ada pelayanan kesehatan, pendidikan maupun perumahan yang dikelola oleh pihak swasta, namun sekali lagi harus diperhatikan pembatasan antara tujuan komersil dengan tujuan pelayanan publik.