Kamis, 13 Agustus 2009

Tentang Kotaku, Kota Cirebon

Kota yang tidak segemerlap kota metropolitan seperti Jakarta, tidak sepadat kota pelajar seperti Jogjakarta namun juga tidak begitu terpelosok ataupun terbelakang. Cirebon adalah kota yang membuat saya nyaman dengan segala isi yang ditawarkan. Ya… kota udang ini terletak di pantai utara Pulau Jawa (pantura) berada di perbatasan Jawa Barat dan jawa tengah. Kota tempat saya dibesarkan ini memang terbilang unik, karena letaknya di perbatasan, Cirebon menjadi wadah perpaduan dua kultur, yaitu jawa dan sunda. Salah satu imbasnya masyarakat kota Cirebon memiliki dua bahasa daerah, umumnya memang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sedangkan bahasa sunda lebih banyak dipakai oleh masyarakat yang tinggal di sebelah selatan kota. Berikut hasil penelusuran lebih jauh tentang CIREBON.
Histori
Berdasarkan kitab Purwaka Caruban Nagari nama Cirebon berasal dari kata sarumban yang lalu diucapkan menjadi caruban. Kemudian caruban menjadi carbon, cerbon dan akhirnya Cirebon. Sarumban sendiri berarti ‘campuran’.
‘Campuran’ dapat dikaitkan dengan keadaan Cirebon yang dihuni oleh berbagai suku dan budaya. Purwaka Caruban Nagari juga menyebutkan bahwa penduduk setempat menyebut Cirebon sebagai Negeri Gede. Sampai kini orang-orang di Cirebon masih ada yang menyebut Cirebon dengan Garage. Ucapan ini berasal dari negeri gede.
Kata Cirebon sendiri dapat ditelusuri lewat bahasanya yaitu Ci dan Rebon. Ci dalam bahasa Sunda berarti air, sedangkan rebon dalam bahasa Jawa berarti udang kecil bahan pembuat terasi.
Nama Cirebon sejak awal abad ke-16 mulai dikenal di dunia internasional. Tome Pires, musafir Portugis yang datang ke Nusantara pada awal abad ke-16 mencatat bahwa Cerbon pada saat ia singgahi merupakan kota pelabuhan yang ramai (Cortesao 1944:179). Nama Curban juga telah ada pada peta dunia yang ditulis oleh Diego Ribeiro pada tahun 1529 (Tiele 1883:2). (www.buntet pesantren.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar